Minggu, 02 November 2014



SOSOK
 Membuat Desa Lebih Berharga
Emul Mulyadi dan Sandri Susdiana
1 November 2014
Oleh Cornelius Helmy
Biodata Sosok :
-      Emul Mulyadi
-      Ciamis, Jawa Barat, 13 Januari 1981
-      SMAN 3 Tasikmalaya, Jawa Barat, lulus tahun 2001

·         Sandri Susdiana
·         Tasikmalaya, 19 Desember 1985
·         S-1 Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran Bandung, lulus tahun 2009


Suasana memanas pada suatu siang di bulan Juli 2012 sulit untuk dilupakan Emul, kayu bakar sudah dilemparkan beberapa orang kerumahnya di Desa Rajadatu, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Sepercik kecil api cukup untuk membakar rumahnya, itu menggenapi ancaman yang kerap dating padanya.Pemicunya adalah penolakan warga terkait rencana dia membuat peternakan ayam petelur, warga termakan hasutan sebagian orang yang mengatakan, bahwa kandang ayam menimbulkan polusi bau dan penyakit.

Namun, Emul tak gentar. Dalam beberapa kali pendekatan terhadap warga, dia memastikan kandang akan rutin dibersihkan dari kotoran ayam. Sebagian kotoran itu akan dia gunakan untuk pupuk tanaman jagung, sementara jagung menjadi salah satu makanan ayam. Selain itu, minimnya mata pencarian yang layak juga membuat banyak pemuda merantau ke kota meskipun tak punya bekal keahlian.

Ia tak keberatan kehilangan nyawa jika menelan ludah sendiri. Tekad kuat Emul itu berbuah hasil setelah delapan bulan kemudian, warga memberinya kesempatan. Bersama rekan-rekan dalam komuitas wirausaha Sukapura Inc, dia membangun kandang ayam petelur berukuran 25 meter X 50 meter. Jagung ditanam dilahan terlantar seluas 4 hektar, belakangan ikan lele dan ikan koi pun dipelihara. Usahanya berkembang dari 800 ayam bias dihasilkan sekitar 40 kilogram telur perhari.



Lebih Kuat
Pilihan Emul memberdayakan warga lewat ayam petelur itu tak lepas dari ajakan Sandri Susdiana, keduanya berteman sejak aktif dalam salah satu organisasi pecinta alam semasa SMA, terpisah selama tiga tahun Sandri menyama Emul via telepon.
Keinginan itu menguat saat Sandri menjadi peserta sarjana membangun desa, program dari Kementrian Pertanian, ayam petelur dipilih karena bias dinikmati hasilnya setiap hari.
Sandri juga pernah ditolak, warga sempat khawatir dengan polusi udara dan air apabila kandang ayam berdiri di sekitar rumah mereka. Namun, ia berhasil meruntuhkan anggapan itu dengan kerja nyata.

Berharga

Dede Suryaman(21), salah seorang pekerja, turun tangan bersama lima rekannya. Ia mengangkut pakan ke gudang penyimpanan. Bagi lulusan SMP ini, bekerja di peternakan ayam Rajamandala adalah anugerah.
“Sebelumnya saya menjadi buruh bangunan serta penjaga toko di Kota Bandung dan Tasikmalaya. Dulu, saya dibayar setengah lebih kecil daripada sekarang,”katanya.

Namun, lanjut Dede, bukan hanya gaji Rp 1.000.000,- per bulan yang membuatnya nyaman. Di peternakan ayam itu, ia juga bias belajar banyak hal.
Semangat Dede itu hanya satu dari sekitar 300 warga yang harus dijaga Sukapura Inc. mereka bertanggung jawab pada 17.300 ayam, penyediaan 2 ton pakan perhari, hingga produksi 1 ton telur perhari. Omzet usaha ini mencapai ratusan juta per bulan.

Mereka belum ingin berhenti dan tengah menggagas pengembangan ternak sapi perah. Desa tak lagi menjadi tempat yang mudah ditinggalkan, tetapi berharga untuk dibanggakan…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar