Rabu, 05 November 2014

Sosok



SOSOK

 

Menjawab Ketertinggalan Indonesia Timur
Winarni monoarfa
3 November 2014
Oleh Nasrullah Nara

Biodata Sosok :
·         Winarni Monoarfa
·         Makassar, 21 November 1962
·         Pendidikan :
·         S-1 Fakultas Perikanan Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, 1984
·          S-2 bidang Perikanan Unhas, 1992
·          S-3 bidang Perikanan Unhas – IPB, 2000

·         Jabatan / Aktivitas :

·         Guru Besar Universitas Hassanudin

·         Ketua Kelompok Kerja Kawasan Timur Indonesia

·         Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo

·         Penghargaan, antara lain :

·         CIDA Champion Awards dari Kanada, 2010

·         Wibawa Seroja Nugraha dari Lemhannas, 2007



Berlatar belakang ilmu kelautan dan perikanan, Winarni paham betapa masyarakat pesisir tertingggal dalam masalah sosial ekonomi bukan semata karena faktor pendidikan, permodalan, dan infrastruktur. Tak kalah penting adalah minimnya interaksi antarkomunitas karena faktor geografis.

Masalah ini lekat dengan kawasan timur Indonesia (KTI) kerana mayoritas wilayahnya berupa laut dan hamparan pulau. Ia membuat forum KTI untuk dipertukarkan antardaerah, forum itu berasal dari akademisi,unsur pemerintah, legislatif, organisasi nonpemerintah, serta swasta, semuanya mencakup 12 provinsi di wiayah Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.

Aktif sejak forum ini berdiri tahun 2004 hingga menjadi ketua kelompok kerja ( Pokja KTI ) dalam 5 tahun terakhir, Winarni telah menggali dan menghimpun sekitar 300 inovasi kreatif. Kiat sukses tersebut direplikasi demi menjawab persoalan masyarakat.

Secara makro, kiat sukses itu mencakup bidang kesehatan, pendidikan, kesetaraan gender, pelestarian lingkungan dan ekonomi masyarakat. Adapun ibu-ibu di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, lewat Kelompok Tani Tapawala Badi, menyiasati perubahan iklim dengan beragam cara. Mereka antara lain mengelola bersama kebun hidroponik, kebun benih tanaman pangan lokal, dari usaha tersebut terhimpun tabungan, pendidikan, dana kesehatan, dana bagi anggota yang terkena musibah.

Bertukar Info
Setiap tahun, melalui Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI), anggota forum berkumpul untuk memaparkan praktif kreatif dari daerah masing-masing. Bahkan pada momen tertentu, inspirator dan para tokoh yang peduli KTI diundang untuk bertukar pengalaman.

Sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo dan pernah menjadi Wakil Ketua Dewan Riset Nasional, Winarni memahami inovasi kreatif itu belakangan ini kian mendapat tempat sebagai model pembangunan sosial, model ini untuk membangkitkan antusiasme warga untuk menularkan gagasan inovatif mereka.
Bersaing dengan peserta yang mayoritas perwira TNI / Polri, Winarni fasih bicara seputar ketahan nasional. Topik ketahanan nasional antara lain dia kaitkan dengan pengelolaan sumber daya alam, khususnya kelautan.

Berbagi Forum
Oleh karena itulah, sebagian orang menjuluki Winarni sebagai “singa podium “. Kemampuannya mengonstruksikan gagasan tak lepas dari gemblengan ayahnya, H Dien Monoarfa. Sang ayah yang bekerja sebagai wartawan Tanah Air dan Mercu Suar era 1960-an kerap mengikutsertakan anak sulungnya ini meliput berbagai forum.

Sepulang dari liputan, Winarni kecil diminta ayahnya untuk duduk di depan mesin ketik, lalu mengarahkannya menuliskan poin-poin penting dari acara tersebut. Setelah ketikan rampung, sang ayah menyuruhnya beridiri membaca naskah ketikan itu.

Tahun 2005 dia menjadi Kepala Badan Perencanaan Pembangunan dan Percepatan Ekonomi Daerah. Tujuh tahun berselang, ia dipromosikan menjadi Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo. Ini posisi yang relatif langka bagi perempuan di Tanah Air.
Seperti air mengalir, Winarni melintas batas, dari akademisi, penggiat jender, birokrat, hingga “pajuang” KTI.


Melisa ( 1801420280 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar