Jumat, 31 Oktober 2014

Sosok



SOSOK

 


Menyelamatkan “ Warisan “ Anak – Cucu Sulawesi
31 Oktober 2014
Oleh Mohamad Final Daeng
  




Biodata Sosok
Nama : Darmawan Denassa
Lahir : Borongtala, 28 Juli 1976
Istri : Alwiah Hasan (33)
Anak :
-      Muhammad Fadil Denassa (10)
-      Asyraf Muhammad Denassa (4)
Pendidikan :
-      SDN Center Rappokaleleng, 1983 – 1989
-      SMPN 1 Bontonompo, 1989 – 1992
-      SMEA Negeri 1 Limbung, 1992 – 1995
-      Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, 1996 – 2002

Bagi Darmawan Denassa (38), warga Kelurahan Tamallayang, Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, tanaman adalah kehidupan. Bukan sekedar sumber ekonomi dan penjaga ekosistem, tanaman juga menjalin ikatan sosiologis dan cultural dengan manusia yang dihidupinya.

Saat puluhan jenis tanaman, termasuk tanaman endemis Sulawesi, makin menghilang dari bumi Sulawesi Selatan, Denassa tergerak hatinya untuk menyelamatkan tanaman. Pada tahun 2007 dia mendirikan Rumah Hijau Denassa ( RHD ), kawasan konservasi dengan luas lahan 1 hektar yang sekaligus menjadi lokasi rumah tinggalnya.

“Tanaman-tanaman ini adalah warisan untuk anak cucu kita. Sekarang kita masih bias melihat dan menikmati manfaatnya berkat generasi pendahulu yang menjaganya untuk kita. Masa kita tidak mau berbuat yang sama untuk generasi penerus nanti?” ujarnya.

Hingga kini terdapat 450 jenis  yang telah dilestarikan di RHD, tanaman tersebut beragam macam, ia juga mengatakan terdapat puluhan jenis tanaman di Sulsel yang sudah terancam punah. Penyebabnya, tekanan alih fungsi lahan hutan, konsumsi secara masif, pertambangan, hingga alas an sepele karena tanaman itu tidak disukai oleh manusia.

Pohon Mangga
Upaya Denassa untuk mengonservasi tanaman – tanaman endemis Sulawesi bermula dari kampong halamannya di Borongtala. Ia besar dan lahir disana dalam suasana rimbun pepohonan dan berbagai tanaman yang tumbuh di lingkungan kampong yang berjarak 31 kilometer arah selatan Kota Makassar itu.

Pria berlatar belakang pendidikan sastra Indonesia itu pun memutuskan melepaskan pekerjaannya sebagai dosen luar biasa Fakultas Sastra di Universitas Hasanuddin. Dia ingin mencurahkan seluruh perhatiannya untuk upaya konservasi tanaman – tanaman itu. “ Saya berpikir, tidak banyak orang yang melakukan ini. Kalau tidak ada yang melestarikan, kasihan anak – cucu nanti hanya tahu tanaman dari namanya saja,” ungkapnya.

Edukasi

Selain urusan konservasi, Denassa juga membuka lebar – lebar pintu RHD bagi siapa pun yang mau belajar. Sejak 2011, dia mengadakan “ kelas komunitas “ yang diselenggarakan gratis untuk anak – anak sekolah tingkat dasar hingga atas.

“Saat ini yang aktif di RHD sekitar 90 anak Kalau ‘alumninya’ sudah mencapai 200-an anak,” tutur Denassa.

Atas semua upayanya itu, Denassa sama sekali tak mengharapkan imbalan materi. Bahkan, dia setiap bulan harus mengeluarkan uang sebesar Rp 1.000.000,- untuk membiayai operasional RHD.
“ saya percaya, melakukan kebaikan itu lebih berharga daripada harta benda apa pun,” ujarnya.



MELISA 
1801420280

Tidak ada komentar:

Posting Komentar